Rabu, 20 Oktober 2010

Pribadi Yang Dewasa

By: Ahmad Hafidz
Quoted from: Richard L. Strauss
Banyak orang yang secara fisik dan intelektual dewasa namun emosi mereka sangat tertinggal. Mereka tetap melihat dunia seperti mereka bayi. Mereka melihatnya seperti semuanya mengelilingi mereka, ada hanya untuk kesenangan mereka. Mereka tidak pernah benar-benar bertumbuh dari keegoisan diri kepada memperhatikan orang lain. Saat hal tidak berjalan seperti keinginan mereka, mereka bereaksi seperti anak kecil, seperti menangis, merengut, mengasihani diri, marah-marah atau melempar barang disekitarnya. Mereka ingin menarik perhatian melalui menyombongkan keberhasilan mereka atau menjelekkan orang lain.
Kedewasaan biasanya tidak egois. Tentu saja, tidak ada manusia yang sepenuhnya tidak egois; ada sedikit ketidakdewasaan dalam diri kita. Karena tidak ada yang dewasa sempurna, jelas bahwa kedewasaan merupakan istilah relative dari pada absolute. Kenyataannya, kedewasaan merupakan proses dari pada kondisi yang tetap.
Anda mungkin mengenal orang non Kristen yang sedikit tidak egois dalam wilayah tertentu hidup mereka, seperti dengan pasangan mereka, anak, rekan bisnis, atau mertua mereka. Mereka mungkin sangat murah hati terhadap tetangga, rekan bisnis, atau orang dikomunitas. Mereka mungkin menunjukkan belas kasih yang besar kepada orang yang membutuhkan. Tapi saat anda mengenal mereka lebih baik, anda akan menemukan bahwa mereka juga memiliki wilayah egoisnya. Kedewasaan emosi berhubungan erat dengan perkembangan kepribadian manusia. Kedewasaan melibatkan pertumbuhan, dan kita terus bertumbuh.
Pribadi yang dewasa menerima dirinya sebagaimana Tuhan menciptakannya.
Dia tidak merasa rendah diri dengan kekurangannya atau egois terhadap kelebihannya. Dia mengenal tubuh, otak, dan kemampuan yang diberikan kepadanya oleh Tuhan hanya untuk melakukan tujuan-Nya. Karena itu dia tidak sombong atau terpuruk oleh kegagalannya.
Seorang pribadi yang dewasa diuntungkan dari kesalahannya dan usulan orang lain. Pribadi yang tidak dewasa mencoba mencari alasan kegagalan mereka. Mereka menyalahkan orang lain atau Tuhan. Saat mereka dikritik, mereka melihatnya sebagai serangan terhadap pribadi, menyerang balik dengan kemarahan. Emosi yang masih bayi lebih mementingkan mempertahankan ego sendiri daripada bertumbuh. Dipihak lain, pribadi yang dewasa dengan baik menerima kritik, jujur menilai hidupnya dapat membawa perubahan yang diinginkan. Dia melihat usulan orang lain sebagai bagian dari rencana Tuhan untuk mendewasakan dia.
 Pribadi yang dewasa akan berkata, “Terima kasih atas usulan anda”. Jelas, pribadi dewasa juga hati-hati dalam mengusulkan sesuatu. Dia akan menunggu sebentar untuk saat yang tepat, menjaga sikap kasih dan menghargai, dan usulannya ditemani dengan pujian dan dorongan.
Pribadi yang dewasa menerima hal buruk, kekecewaan, atau tekanan dengan tenang dan stabil. Pribadi yang dewasa menjaga kontrol diri saat keadaan tidak seperti yang diinginkan. Pribadi yang dewasa menerima dan memenuhi tanggung jawabnya. Kedewasaan melibatkan kemandirian. Pekerjaan yang tidak selesai, janji yang tidak dipenuhi, dan maksud baik yang tidak dilakukan merupakan contoh ketidakmandirian. Pribadi yang tidak dewasa tidak bisa melakukan tugas dengan bahagia yang merupakan tanggung jawabnya. Dia mengeluh, tidak puas atau tidak menikmati pekerjaannya.
Pribadi yang dewasa kepuasan terbesarnya adalah membuat orang lain bahagia.
Kita tidak pernah menemukan kebahagiaan dengan mencarinya. Makin kita mencari, makin kita frustrasi dan kecewa. Mencari kesenangan sendiri hanya menghasilkan ketidakbahagiaan. Hidup untuk kepentingan orang lain membawa kebahagiaan. Pribadi yang dewasa sering mengorbankan kesenangan pribadi agar bisa mendatangkan kesenangan bagi orang lain. Secara paradoks, ini juga akan membawa kebahagiaan bagi yang memberi.
Pelajaran penting ini butuh waktu untuk dipelajari. Kita semua kadang merasa memiliki hak untuk memuaskan keegoisan kita. Kita sudah lama melakukan itu, jadi kenapa mengubahnya sekarang. Tapi semakin sering kita berespon terhadap situasi itu dalam control, makin mudah praktek itu dan semakin cepat kita dewasa.